“Saya terheran melihat seseorang bisa terlihat sangat bahagia tetapi ia tidak memiliki banyak barang/ kebutuhan lainnya yang memang sangat diperlukan di zaman ini”. Ucap seorang remaja di generasi Z.
Bagi sebagian orang, kita merasa bahagia jika kita memiliki semua barang yang kita inginkan, apalagi barang tersebut sangat trend di zamannya. Tanpa kita sadari, kita di dorong untuk membeli berbagai macam barang yang diingkan sebagai tolak ukur kesuksesan, bahkan bisa meraih kebahagiaan tanpa batas, karena setelah membeli barang tersebut kebahagiaan kita naik berkali-kali lipat.
Namun, pernahkah kita menyadari bahwa banyaknya barang-barang di rumah yang didapatkan dari membeli atau diwariskan merasa pengap dan seisi rumah terasa penuh dengan barang-barang? Atau kamu adalah seseorang yang hobi mengumpulkan barang bekas, hingga berbagai macam kertas pun kamu kumpulkan dengan dalih “sayang kalau di buang”, “simpan saja untuk kenang-kenangan”.
Dengan adanya kasus-kasus diatas, hal pertama yang harus kita ketahui yaitu mengenal konsep “minimalis”. terlihat simpel dan enak dipandang jika kita mengartikannya dengan tepat, karena hal tersebut terkadang membuat sebagian orang segan karena sering dikaitkan dengan hunian elegan dengan ruangan yang luas tidak terlalu banyak furniture, lantai beton. Konsep minimalis hanya mengenal warna dasar saja seperti hitam atau putih kesannya terlihat kaku dan sangat steril. Oleh karena itu, banyak orang menganggap kata “minimalisme” sama dengan “kosong”.
Mempelajari konsep minimalis yaitu pengendalian atas barang-barang yang kita miliki. Kita yang menentukan ruang, fungsi, dan potensi barang kita. Kita dapat mengubah rumah menjadi terbuka, penuh udara, sejuk, dan segar. Dengan konsep minimalis, kita akan menyadari bagaimana konsep hidup yang lebih ramah lingkungan sehingga mampu melestarikan sumber daya alam untuk generasi berikutnya. Kita akan melihat dampak sebenarnya dari pilihan konsumsi dan barang yang kita beli baik terhadap sesama maupun terhadap lingkungan.
Apakah kita siap menghentikan kesemrawutan di rumah dengan banyaknya barang barang yang tidak terpakai? Pada section kali ini kita akan belajar bagaimana menjadi seseorang yang hidup minimalis dan tentunya lebih bahagia.
Berlanjut ke part berikutnya..