Dalam upaya mempengaruhi orang untuk melakukan perubahan, seringkali pendekatan langsung dengan memberi larangan atau perintah bisa jadi kurang efektif. Sebagai gantinya, ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik tanpa menimbulkan reaktansi atau resistensi dari individu yang dipengaruhi.
1. Biarkan Mereka Bertindak
Menurut buku The Catalyst karya Jonah Berger, ketika kita ingin mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu, penting untuk memberikan informasi secara fakta tanpa memaksa mereka untuk mengikuti kehendak kita. Misalnya, jika kita ingin mempengaruhi seorang perokok untuk berhenti merokok, bukan dengan memberi perintah langsung, tapi dengan memberikan fakta-fakta tentang rokok dan industri di baliknya. Sebuah penelitian dalam buku tersebut menunjukkan bahwa ketika seseorang diberi informasi tentang bagaimana rokok diproduksi dan industri yang mendukungnya, mereka lebih cenderung untuk mempertimbangkan untuk berhenti merokok.
2. Sediakan Opsi atau Menu
Berbagai penelitian yang dikutip dalam buku The Catalyst menunjukkan bahwa daripada mencoba meyakinkan orang tentang alasan-alasan untuk berubah, lebih baik memberikan informasi tentang berbagai pilihan yang dapat mereka ambil. Sebagai contoh, jika seseorang ingin belajar lebih giat, kita dapat memberikan opsi belajar di siang hari dengan kebisingan atau di malam hari dengan risiko mengantuk. Dengan memberikan opsi, mereka merasa memiliki kontrol atas keputusan mereka.
3. Bertanya Daripada Menyuruh
Dalam buku tersebut juga menyarankan untuk tidak langsung menyuruh orang untuk berubah, tetapi sadarkan mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang membawa mereka pada kesimpulan sendiri. Misalnya, jika kita ingin memotivasi seseorang untuk belajar lebih giat untuk ujian, kita dapat bertanya kepada mereka apa yang mendorong mereka untuk berusaha lebih keras dan bagaimana mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan usaha yang lebih besar. Dengan bertanya, kita memberikan mereka kesempatan untuk merenungkan motivasi dan tujuan mereka sendiri. Sebagai contoh, kita bisa bertanya kepada seseorang yang ingin meningkatkan prestasi akademisnya, "Apa yang membuatmu ingin mencapai hasil yang lebih baik dalam ujian ini?" atau "Bagaimana kamu percaya usahamu saat ini akan membantu kamu mencapai tujuanmu?"
4. Soroti Kesenjangan dan Identitas
Seringkali orang lebih mudah dipengaruhi jika mereka merasa terhubung dengan identitas tertentu. Sebagai contoh, jika seorang anak dilarang untuk merokok oleh orang tuanya yang juga seorang perokok, hal ini mungkin membuat orang tua tersebut menyadari kesalahan mereka dan mempertimbangkan ulang pendekatannya. Dalam buku tersebut, Berger menjelaskan bahwa kesenjangan antara perilaku nyata dan identitas yang diinginkan dapat menjadi motivasi besar untuk melakukan perubahan.
5. Memahami Individu
Sebelum mencoba mempengaruhi seseorang, penting untuk memahami kebutuhan, keinginan, dan latar belakang mereka. Dengan memahami secara mendalam, kita dapat mengarahkan mereka menuju perubahan yang diinginkan tanpa membuat mereka merasa dipaksa atau dilarang. Menggunakan pendekatan ini, kita dapat mulai dengan memahami individu yang ingin kita persuasi, seperti kebutuhan, keinginan, dan nilai-nilai mereka. Dengan cara ini, kita dapat menyesuaikan pendekatan persuasi kita agar lebih efektif dan relevan bagi mereka.
Dalam rangka menciptakan perubahan yang positif dalam diri kita dan orang lain, penting untuk mengenali bahwa pendekatan persuasi yang efektif memerlukan lebih dari sekadar memberi perintah atau larangan. Dengan mengikuti prinsip-prinsip yang telah dibahas di atas, kita dapat membangun hubungan yang kuat dan mempengaruhi orang lain dengan cara yang lebih positif dan membangun.